Pekerja pelabuhan yang kebanyakan terdiri dari laki-laki rentan terhadap HIV/AIDS karena memiliki perilaku seks berisiko. Kondisi ini diperparah dengan minimnya kesadaran mereka untuk memeriksakan diri.
Hal itu terungkap dalam Lokakarya Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV, dan AIDS. Acara ini diselenggarakan Kalandara, lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang penanggulangan HIV/AIDS.
Selama rentang waktu 2006-2009, Kalandara meneliti pekerja pelabuhan Tanjung Emas yang terdiri atas anak buah kapal (ABK), tenaga kerja bongkar muat, pengemudi truk dan kernet, dan pengendara ojek.
Pekerja pelabuhan merupakan laki-laki yang memiliki tingkat mobilitas cukup tinggi sehingga memiliki perilaku seks berisiko yang rentan terhadap IMS, HIV, dan AIDS. "Apalagi, mereka jauh dari tempat tinggalnya dan jarang bertemu istri," ujar Yusuf.
Dari hasil penelitian Kalandara terhadap 50 tenaga kerja bongkar muat, 68 persen berhubungan seks tidak dengan istrinya dan 42 persen di antaranya tidak pernah menggunakan kondom. Adapun hasil penelitian terhadap 50 pengemudi truk, 90 persen berhubungan seks tidak dengan istrinya dan 74 persen di antaranya tidak menggunakan kondom.
Hal ini diperparah dengan rendahnya kesadaran memeriksakan diri. Sebanyak 54 persen tenaga kerja bongkar muat dan 96 persen pengemudi truk tidak pernah memeriksakan kesehatan.
"Laki-laki berisiko ini tidak hanya membahayakan dirinya sendiri, tetapi berpotensi untuk menularkan kepada istri dan anaknya," kata Yusuf.
Kepala Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Pelabuhan Tanjung Emas Ramses Peter Sihombing mengakui, minimnya kesadaran para pekerja pelabuhan untuk memeriksakan kesehatan disebabkan budaya malu yang justru dapat merugikan diri sendiri.