Banyak sekali perubahan yang terjadi saat hamil karena pengaruh hormon, seperti estrogen. Ibu hamil akan mengalami peningkatan pengeluaran cairan vagina lebih dari biasa. Orang awam biasa menyebutnya keputihan.
Keputihan atau dalam bahasa kedokterannya disebut fluor albus atau leukorre adalah cairan yang keluar dari vagina atau liang kemaluan secara berlebihan. Banyak informasi yang berhubungan dengan gejala keputihan tersebut, dan karena itu pula, informasi tersebut menghasilkan mitos yang berkembang.
Konsumsi makanan tertentu sering dituduh sebagai pemicu keputihan seperti ketimun dan nanas, hal ini lebih banyak mitos daripada kebenarannya. Faktanya, keputihan bukan karena makanan tertentu, apalagi nanas kaya vitamin C. Tidak ada makanan tertentu yang dapat memicu terjadinya keputihan.
Informasi lain menyatakan pemakaian obat antiseptik bisa mencegah keputihan. Ternyata, penggunaan obat antiseptik sebagai pencuci kemaluan dapat menyebabkan perubahan flora normal yang ada dalam kemaluan (lactobacillus vagina). Padahal, flora normal ini dibutuhkan tubuh untuk menjaga vagina pada pH asam sehingga flora (kuman) abnormal tidak dapat tumbuh di vagina.
Sebaliknya, dengan memakai sabun antiseptik maka flora normal akan mati dan pH vagina menjadi basa, sehingga jamur dan bakteri abnormal dapat tumbuh yang menyebabkan timbulnya keputihan patologis (tidak normal). Hindari pula penggunaan panty liner karena bahan kapas yang lembab adalah tempat jamur tumbuh subur.
Sementara keputihan pada ibu hamil dikatakan fisiologis (normal) bila cairan yang keluar bertekstur encer, berwarna bening atau putih susu, tidak menyebabkan gatal, dan tidak berbau. Cairan ini biasanya akan meningkat dengan bertambahnya usia kehamilan. Kondisi ini akan hilang dengan sendirinya begitu si kecil lahir. Jadi, Anda tak perlu khawatir.
Keputihan dikatakan tidak normal bila cairan keputihan berubah warna menjadi kuning kehijauan, putih bergumpal, berbau, menimbulkan rasa gatal. Penyebab dari keputihan yang terbanyak adalah infeksi jamur (kandidiasis) 52,8 persen, sisanya adalah infeksi bakterial vaginosis 38 persen, trikomoniasis 3,7 persen, dan gonorrhoe 1,2 persen.
0 komentar:
Posting Komentar